menyatukan diri kita dengan asal usul kita yang tak terbatas. Ahli penyembuhan sufi, Prof. Angha menggambarkan zikir sebagai langkah dalam mencinta.
"Bila kita mencintai seseorang, kita akan terus memikirkannya, mengingatnya dan mengulang
namanya. Umumnya, para sufi mengulangi kalimat tauhi seperti Laa ilaaha illa Allah (Tiada
tuhan Selain Allah). Kalimat ini diulang terus menerus dalam nada musikal yang bervariasi,"kata Angha.Zikir dipimpin oleh seorang pelantun yang biasanya melantunkan puisi dari orang-orang
bijak atau pemimpin spiritual dan diikuti pengikutnya. Bila zikir terus dilakukan, maka akan tercipta medan elektromagnet yang kuat dengan penggabungan suara, gerak dan niat (mengingat yang Tercinta), semua berkonsentrasi dalam hati.
Agar penyembuhan sejati muncul, para Nabi pun telah menyuarakan agar seseorang agar dapat
memahami segala aspek tentang munculnya diri sendiri baik secara mental, fisik, emosi dan
spiritual.Gerakan tak terbatas dalam hati dan tubuh bergabung selaras dengan gerakan bumi, sistem
matahari, galaksi dan seluruh alam kosmis. Zikir inilah pintu gerbang menuju batas waktu dan
ruang menuju dunia yang lebih tinggi. Lagu pengingat ini adalah amalan sufi yang telah
dipraktikan lebih dari 1.400 tahun.
Firman allah,
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41)
وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ
وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ
بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43)
41.
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 42. Dan bertasbihlah kepada-Nya
diwaktu pagi dan petang. 43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan
malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu
dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-Ahzab 41-43) Dalam ayat ini, pertama diperintahkan agar orang-orangg beriman berdzikir kepada allah dengan dzikir yang banyak, kira-kira apa yang dimasud dzikir disini, mengingat ada ulama yang membagi dzikir itu kepada dua, dzikir dengan lisan saja dan dzikir dengan kenyataan, yaitu dengan sikap dan perilaku.Yang dimaksud, dzikir yang banyak bukan dalam artian jumlah, seperti membaca laa ilaaha illalllah, sepuluh kali, seratus kali, seribu kali, atau tiga ribu kali, setiap malam jum’at misalnya. Padahal bilangan itu tidak ada yang banyak, seratu banyak, tapi dibanding seribu sedikit, seribu dibanding sepuluh ribu sedikit, dan seterusnya. Ini menunjukkan banyak menurut jumlah itu relative.
Rasulullah Saw juga menjelaskan bahwa dzikrullah menjadi pembeda
seorang yang ‘hidup’ dan ‘mati’. Diriwayatkan dari Abu Musa, Rasulullah
Saw bersabda: “Perumpamaan orang yang berdzikir mengingat Allah dan yang
tidak pernah berdzikir kepadaNya bagai orang yang hidup dan mati”. (HR.
Baihaqi). Tentu, maksud hidup dan mati di sini pada sisi hati dan
batin. Dalam hadits lain disebutkan: “Sesungguhnya hati itu bisa
berkarat sebagaimana besi bila dikenai air”. Rasul ditanya: “Apa
penawarnya wahai Rasul?” Rasul bersabda: “Mengingat kematian dan membaca
Al-Qur’an. (HR. Baihaqi). Dan membaca Al-Qur’an termasuk dzikrullah
yang paling utama.
Siapa yang senantiasa melantunkan dzikir hatinya bisa hidup, dan
sebaliknya siapa yang jauh dari dzikrullah, akan terancam mati hati.
Hidup dan mati hati pada selanjutnya akan menentukan moral dan prilaku
seorang Muslim. Selanjutnya juga akan menentukan nilai dan kualitas
kehidupan seorang Muslim. Berarti bahwa dzikir bisa mempengaruhi
kualitas hidup seorang Muslim. Di zaman modern ini banyak penelitian juga penemuan yang
menjelaskan manfaat-manfaat dzikir secara fisik (kesehatan badan).
Berbagai penemuan dan penelitian di Negara Muslim atau bahkan di Negara
minoritas Muslim seperti di Amerika dan Inggris menjelaskan fakta
tersebut.
Dalam suatu konfrensi kedokteran di Kairo beberapa waktu yang lalu,
Doktor Ahmad Al Qodli, ahli penyakit jantung dan direktur lembaga
pendidikan dan penelitian kedokteran Islam di Amerika, menyatakan bahwa
mendengarkan atau membaca Al- Quran sebagai bentuk dzikir yang paling
utama (afdhal) mampu menimbulkan ketenangan jiwa yang menyebabkan peningkatan daya imunitas tubuh melawan serangan penyakit.
Kesimpulan tersebut disampaikan dalam konferensi tersebut setelah
mengadakan riset lapangan terhadap 210 pasien sukarela selama 48 kali
pengobatan yang dibarengi dengan membaca Al-Quran atau
memperdengarkannya. Ternyata 77% dari sampel acak yang terdiri dari
muslim dan non muslim tersebut, menampakan adanya gejala pengenduran
syaraf yang tegang dan selanjutnya menimbulkan ketenangan jiwa. Semua
gejala tadi direkam dengan alat pendeteksi elektronik yang dilengkapi
dengan komputer untuk mengukur setiap perubahan yang terjadi dalam tubuh
selama pengobatan. Menurut Al Qodli, berkurangnya ketegangan saraf ini
mampu mengaktifkan dan meningkatkan daya imunitas tubuh dan memperoleh
proses kesembuhan pasien.
Penemuan ilmiah tersebut menunjukan salah satu kemukjizatan sunnah Nabawiyah yang menyatakan: “Dan
tiadalah suatu kaum berkumpul disalah satu rumah Allah (masjid) membaca
kitabullah (Al-Quran) dan mempelajarinya kecuali akan dikelilingi
Malaikat, dianugerahi ketenangan, diliputi rahmat dan disebut-sebut
Allah dihadapan makhluk yang dekat kepadanya “ (HR. Muslim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar