Translate

Senin, 29 Juni 2015

Arti Dzikir Sesungguhnya

Selain doa, salah satu prinsip tasawuf dalam teknik penyembuhan diri adalah dengan berzikir. Zikir atau ingat pada Tuhan biasanya bertujuan mendekatkan diri padaTuhan melalui doa dan melantunkan lafaz-lafaz zikir.Menurut buku Seni Penyembuhan Sufi, karangan Linda O' Riordan, R. N, dikatakan, zikir merupakan proses pemurnian hati, pembersihan dan pelepasan. Zikir orang-orang terpilih bertujuan meleburkan saksi (syahid) kepada yang disaksikan (Masyhud), disolusi seseorang kepada yang dicintai.Zikir, kalimat sufi, secara harfiah berarti mengingat. Lagu pengingat, atau lagu cinta ini
menyatukan diri kita dengan asal usul kita yang tak terbatas. Ahli penyembuhan sufi, Prof. Angha menggambarkan zikir sebagai langkah dalam mencinta.
"Bila kita mencintai seseorang, kita akan terus memikirkannya, mengingatnya dan mengulang
namanya. Umumnya, para sufi mengulangi kalimat tauhi seperti Laa ilaaha illa Allah (Tiada
tuhan Selain Allah). Kalimat ini diulang terus menerus dalam nada musikal yang bervariasi,"kata Angha.Zikir dipimpin oleh seorang pelantun yang biasanya melantunkan puisi dari orang-orang
bijak atau pemimpin spiritual dan diikuti pengikutnya. Bila zikir terus dilakukan, maka akan tercipta medan elektromagnet yang kuat dengan penggabungan suara, gerak dan niat (mengingat yang Tercinta), semua berkonsentrasi dalam hati.



Agar penyembuhan sejati muncul, para Nabi pun telah menyuarakan agar seseorang agar dapat
memahami segala aspek tentang munculnya diri sendiri baik secara mental, fisik, emosi dan
spiritual.Gerakan tak terbatas dalam hati dan tubuh bergabung selaras dengan gerakan bumi, sistem
matahari, galaksi dan seluruh alam kosmis. Zikir inilah pintu gerbang menuju batas waktu dan
ruang menuju dunia yang lebih tinggi. Lagu pengingat ini adalah amalan sufi yang telah
dipraktikan lebih dari 1.400 tahun.


Firman allah,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا (43)
41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. 42. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang. 43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Q.S. Al-Ahzab 41-43) 
Dalam ayat ini, pertama diperintahkan agar orang-orangg beriman berdzikir kepada allah dengan dzikir yang banyak, kira-kira apa yang dimasud dzikir disini, mengingat ada ulama yang membagi dzikir itu kepada dua, dzikir dengan lisan saja dan dzikir dengan kenyataan, yaitu dengan sikap dan perilaku.Yang dimaksud, dzikir yang banyak bukan dalam artian jumlah, seperti membaca laa ilaaha illalllah, sepuluh kali, seratus kali, seribu kali, atau tiga ribu kali, setiap malam jum’at misalnya. Padahal bilangan itu tidak ada yang banyak, seratu banyak, tapi dibanding seribu sedikit, seribu dibanding sepuluh ribu sedikit, dan seterusnya. Ini menunjukkan banyak menurut jumlah itu relative.

Rasulullah Saw juga menjelaskan bahwa dzikrullah menjadi pembeda seorang yang ‘hidup’ dan ‘mati’. Diriwayatkan dari Abu Musa, Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan orang yang berdzikir mengingat Allah dan yang tidak pernah berdzikir kepadaNya bagai orang yang hidup dan mati”. (HR. Baihaqi). Tentu, maksud hidup dan mati di sini pada sisi hati dan batin. Dalam hadits lain disebutkan: “Sesungguhnya hati itu bisa berkarat sebagaimana besi bila dikenai air”. Rasul ditanya: “Apa penawarnya wahai Rasul?” Rasul bersabda: “Mengingat kematian dan membaca Al-Qur’an. (HR. Baihaqi). Dan membaca Al-Qur’an termasuk  dzikrullah yang paling utama.
 
Siapa yang senantiasa melantunkan dzikir hatinya bisa hidup, dan sebaliknya siapa yang jauh dari dzikrullah, akan terancam mati hati. Hidup dan mati hati pada selanjutnya akan menentukan moral dan prilaku seorang Muslim. Selanjutnya juga akan menentukan nilai dan kualitas kehidupan seorang Muslim. Berarti bahwa dzikir bisa mempengaruhi kualitas hidup seorang Muslim. Di zaman modern ini banyak penelitian juga penemuan yang menjelaskan manfaat-manfaat dzikir secara fisik (kesehatan badan). Berbagai penemuan dan penelitian di Negara Muslim atau bahkan di Negara minoritas Muslim seperti di Amerika dan Inggris menjelaskan fakta tersebut.
 
Dalam suatu konfrensi kedokteran di Kairo beberapa waktu yang lalu, Doktor Ahmad Al Qodli, ahli penyakit jantung dan direktur lembaga pendidikan dan penelitian kedokteran Islam di Amerika, menyatakan bahwa mendengarkan atau membaca Al- Quran sebagai bentuk dzikir yang paling utama (afdhal) mampu menimbulkan ketenangan jiwa yang menyebabkan peningkatan daya imunitas tubuh melawan serangan penyakit.
 
Kesimpulan tersebut disampaikan dalam konferensi tersebut setelah mengadakan riset lapangan terhadap 210 pasien sukarela selama 48 kali pengobatan yang dibarengi dengan membaca Al-Quran atau memperdengarkannya. Ternyata 77% dari sampel acak yang terdiri dari muslim dan non muslim tersebut, menampakan adanya gejala pengenduran syaraf yang tegang dan selanjutnya menimbulkan ketenangan jiwa. Semua gejala tadi direkam dengan alat pendeteksi elektronik yang dilengkapi dengan komputer untuk mengukur setiap perubahan yang terjadi dalam tubuh selama pengobatan. Menurut Al Qodli, berkurangnya ketegangan saraf ini mampu mengaktifkan dan meningkatkan daya imunitas tubuh dan memperoleh proses kesembuhan pasien.
 
Penemuan ilmiah tersebut menunjukan salah satu kemukjizatan sunnah Nabawiyah yang menyatakan: “Dan tiadalah suatu kaum berkumpul disalah satu rumah Allah (masjid) membaca kitabullah (Al-Quran) dan mempelajarinya kecuali akan dikelilingi Malaikat, dianugerahi ketenangan, diliputi rahmat dan disebut-sebut Allah dihadapan makhluk yang dekat kepadanya “ (HR. Muslim).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar